Senin, 27 Januari 2025

SCBD (SEBUAH CINTA BERNAMA DINAR)

 "Gimana Nar, lo nggak kangen SCBD?"

"Kayaknya ini pertanyaan lo yang ke 1000 deh" 

"Gitu ya? Saking pinginnya lo bilang 'iya'"

Mereka diam, sudah 2 bulan semenjak Dinar resign dari tempat kerjanya di kawasan SCBD. Dinar kembali ke kotanya dan dapat kerja disana. Arta masih belum bisa jauh dari Dinar, perempuan itu sungguh mengusik ketenangan hatinya. Mereka dekat, lebih dari teman, tapi Dinar mengakhiri "pertemanan dekat" itu dan kembali ke tempat kelahirannya. 

"Udah lah Ta, gue udah nyaman disini. Kan masih ada Marta yang selalu ngejar ngejar lo, ada Ganesha yang diem diem ngirim makanan ke lo"

"Itu lagi.."

"Lagian lo kayak kesepian aja, tiap hari telpon gue"

Arta hanya tertawa kecil, Dinar baru menyadari kalau Arta berada di perjalanan. 

"Mau kemana lo?"

"Kenapa? Takut gue pergi jauh ya? Hahaha"

"Gue nanya aja sih, lo pergi jauh juga gapapa"

"Gue udah hampir 24 jam di bis nih, pegel juga rasanya"

"Mau kemana sih? Mau ke pulau komodo? Mau nyerahin diri disana?"

"Jangan gitu lah...gue dapet cuti 2 minggu, kemarin pulang dari Melbourne gue langsung ajuin cuti, ada tempat yang mau gue kunjungin karena muncul terus di pikiran gue. Daripada gue nanti sakit yaudah gue kesana aja"

"Ke Melbourne sama timnya Pak Christo?"

"Iya, tapi pulangnya gue sendiri karena mereka masih transit ke Malaysia, ada meeting dadakan di KL"

"Hmmm"

Dinar sambil menyiapkan alat alat yang akan dipakai nanti sore, ditemani Fanda yang sedari tadi senyum senyum mendengarkan cerita mereka berdua. Fanda sudah mendengar banyak cerita Dinar dan Arta, tentang kedekatan mereka, tentang betapa bucinnya Arta ke Dinar dan Dinar yang gengsi mengakui perasannya yang sebenarnya sama seperti Arta. Fanda teman kuliah Dinar, sejak lulus kuliah Dinar pindah ke Tangerang dan bekerja di kawasan SCBD dan Fanda tetap di kotanya, setelah 2 tahun Dinar resign dan berkumpul kembali dengan Fanda.

"Sekali kali jangan cuek napa deh, Nar"

"Apaan?" Jawab Dinar ketus

Di HP nya masih menyala layar video call dengan Arta. Sesekali Arta melihat jalan, sesekali mencuri pandang ke Dinar lalu tersenyum.

"Lo besok kerja?" Tanya Arta

"Iya lah, napa?"

"Lusa?"

"Libur"

"Ooh"

Diam lagi. Sebenarnya Dinar penasaran kemana Arta pergi, ingin rasanya bicara sesantai mungkin tapi Dinar terlanjur terbawa gengsi. Menggemaskan sekali.

"Oh iya lo dapat salam dari Bariq, kataya lo lupa kemarin belum pamitan ke dia"

"Oh ya? Aku lupa..kayaknya pas itu Bariq lagi perjalanan ke Finlan sama timnya Ko Acel"

"Iya habis dari Finlan dia langsung ke meja lo, dia nggak percaya kalau lo bener bener resign soalnya katanya lo masih punya utang ke dia"

"Utang apa dah?"

"Utang cerita katanya"

Deg! Dinar baru ingat kalau mau cerita ke Bariq tentang hubungannya sama Arta.

"Oooooohhh yaaa..yaudah lah gue udah lupa mau cerita apa"

"Lo udah makan?"

Terdengar Fanda cekikikan, Dinar melotot.

"Napa lo tanya tanya?"

"Mau makan bareng nggak?"

"Idih halu"

Tak ada jawaban dari Arta, dia sibuk menata barangnya, memakai topi lagi, sepertinya dia sampai ke tempat tujuannya.

"Udah sampai ya pak? Langsung turun disini?" Tanya Arta ke seseorang

"Iya mas turun disini" jawab bapak itu

"Nar, gue udah sampai, lo jemput gue ya gue laper, ini bener kan terminalnya" Arta mengarahkan kamera ke sekelilingnya dan terlihat tulisan Terminal Mencara disana

"HAHHH??? Lo..ngapain disini???" Dinar kaget bukan main, ternyata Arta mengunjunginya. Fanda tak kalah kaget sampai sampai dia meloncat dan iku melihat di HP Dinar.

"Naarr...kon disusul iku lo. Hahaha" (Naarr..kamu dijemput itu lo. Hahaha)

"Sialan kon, Fan" (Sialan kamu, Fan)

"Ini gue tunggu Lo dimana?"

"He orang gilak, ngapain sih lo jauh jauh kesini, cuma buat ke gue? Bener bener gilak, disini nggak ada apa apa, ini kota kecil, nggak ada starbucks disini"

"Yang penting ada lo kan hehe, kan gue udah bilang gue gilak juga gara gara lo"

Fanda tertawa gemas sambil menarik narik lengan Dinar

"Opo seh arek iki kah" (Apaan sih nih anak"

"Age ndangan susulen , Nar. Gowoen rene, aku pingin wero arek e" (cepetan jemput, Nar. Bawa kesini, aku pingin tau anaknya) pinta Fanda

"Nar, gue tunggu dimana nih?"

 "Yaudah deh lo tunggu di Supermarket warna merah disitu" 

Klik. Dinar menutup telfon sebelum Arta menjawab.

"Terus aku kudu piye njajal Fan?" (Terus aku harus ngapain coba Fan?)

"Yowes susulen kok, gek dandan sing uayu nggawe parfum seng wuangii" (yaudah jemput aja, terus dandan yang cantik pake parfum yang wangi)

"Ogah, ben wes ngene ae" (ogah, biar gini aja)

Dinar memasang jaket dan menuju parkiran, tak selang lama Dinar kembali.

"Fan aku nyele helm" (fan aku pinjam helm)

"Jupuken ndek loker" (ambil di loker)

Dinar menuju  loker, lantas kembali lagi ke Fanda.

"Opo maneh Nar, ndak budal budal"(apa lagi Nar, nggak berangkat berangkat)

"Aku nyilih make up, karo..parfum"(aku pinjam make up, sama..parfum)

Fanda tertawa keras, Dinar menepuk lengannya.

Sampai di dekat terminal, Dinar langsung menuju Supermarket Merah. Arta sudah duduk manis disana. Arta tersenyum lebar sambil berdiri ketika Dinar datang membawa motor. Dinar gugup. Dinar menggeleng geleng, ngapain sihh aku gugup, katanya dalam hati.

"Hai, Nar..apa kabar?" Tanya Arta sambil tersenyum

"Lain kali jangan gila lagi, tiba tiba datang kayak gini"

Arta hanya tertawa. 

"Yaudah ayo naik, katanya lo laper"

"Siap" Arta langsung naik, bonceng Dinar

-Lusa-

"Hari ini jadi ke tempat favorit lo kan? Apa tadi namanya?"

"Cafe Pinus Semeru"

"Waaah seru nih kayaknya, lets go"

Seperti biasa, Dinar yang nyetir motor. Sebetulnya Arta tidak mau bonceng, karena tadi malam sudah dicoba Arta yang menyetir saat mau makan malam di Megalobia hampir saja tertabrak mobil dari belakang karena Arya gugup, jadilah Dinar marah marah disitu.

Sesampainya di Pinus Semeru pukul 09.00

"Jadi gimana Nar? Lo nggak kangen sama SCBD?"

"Ini pertanyaan ke 1001" 

"Hahahahhahaha"

"Lagian lo tanya mulu"

"Gue kangen..sama lo Nar"

Dinar kaget, dia mengangkat kepala, lalu menunduk lagi.

"Lo ngapain ngide kesini?"

"Kan gue udah bilang mau nemuin lo"

Diam sejenak.

"Nar?"

"Hmm"

"Lo beneran nggak sama siapa-siapa sekarang?"

"Nggak ada"

"Lagi nunggu seseorang?"

Basa basi lo lama! Pikir Dinar

"Menurut lo?"

"Yaa kayaknya sih iya, tapi sebenernya gue kesini emang bener-bener kangen sama lo, pingin ketemu lo, pingin makan ya kayak gini sama lo, pingin ngobrol apa aja sama lo"

"Terus?"

"Terus gue mau yakinin lo..sekali lagi Nar..kalau gue bener-bener cinta sama lo Nar"

Dinar diam, melotot sedikit lalu tengok kanan kiri, takut ada yang mendengar.

"Tapi Ta..gue nggak bisa, gue emang lagi nunggu seseorang, tapi.."

"Tapi apa?"

"Orang itu kayak nggak mungkin aja buat gue, walaupun.."

Arta menunggu jawaban, wajahnya semakin mendekat

"Walaupun gue udah tau perasaannya dia ke gue"

"Emang dia nggak suka sama lo?"

"Suka, cinta bahkan"

"Wah.."Arta menarik mundur badannya. "Kayaknya gue kalah"

"Nggak"

"Terus?"

Makanan datang, mereka menyantap hidangan. Dengan suguhan pemandangan yang sangat indah, hutan pinus dan gunung semeru. Setelah itu tidak ada pembahasan yang serius lagi. Mereka lebih asik mengenang saat mereka di tempat kerja dulu. Arta bercerita betapa seringnya Ganesha mengirim dia makanan pagi siang sore bahkan malam untuk dimakaan di rumah. Betapa menggemaskannya Marta gadis Lombok yang unurnya beda 10 tahun dibawah Arta yang ikut kemanapun Arta pergi, dan Bariq yang selalu menanyakan kabar Dinar keapada Arta padahal dia bisa menghubungi Dinar kapanpun dia mau selagi nomor HP tidak ganti.

Sampai di depan Hotel Adelo, Arta turun Dinar ikut turun.

"Ngapain ikut turun? Mau nganter sampe kamar?"

Dinar mencubit Arta. 

"Gue mau tanya"

"Apa?"

"Emang tujuan lo tadi bilang itu ke gue apa? Maksud gue..lo butuh jawaban pasti?"

"Walaupun belum pasti, gue udah bisa nebak kok, lo nggak mungkin nerima gue"

"Misal nih, misal..kalau jawaban gue iya, gue terima lo, apa lo nggak kerepotan LDR?"

"Kenapa lo tanya gitu?"

"Jawab aja napa sih"

"Emm ya itu berarti ujian buat gue, pertahanin hubungan jarak jauh"

"Mudah nggk menurut lo?"

"Ngga sih, tapi harus gue jalanin"

"Lo yakin nggak akan pindah hati gitu kalau LDR?" 

"Nar..sebelum ini gue 5 tahun LDR, Palembang Tangerang, kalau Syina nggak diambil dulu sama Tuhan, pasti gue udah nikah sekarang Nar. Gue nggak pernah sia-siain seseorang yang gue sayang, gue cinta bahkan. Dulu seperginya Syila gue seperti nggak akan nemuin kayak dia lagi, gue seperti nggak akan jatuh cinta ke orang lagi. Tapi gue ketemu Lo, lo emang beda sama Syila tapi lo menarik hati gue Nar! Semakin kita deket gue semakin yakin lo bisa jadi orang yang bisa nemenin gue"

Dinar menunduk, nangis. Dia mengusap air di ujung matanya.

"Kata-kata gue nyakitin lo?" Tanya Arta

"Gue pernah pacaran 3 tahun, 2 tahun masih 1 kota menginjak tahun ketiga kita LDR Surabaya Tangerang, belum anniversary ke 3 dia udah beda, dia cari kesalahan-kesalahan gue biar dia ada bahan buat putus. Ternyata beneran putus, tapi ternyata sebelum putus dia udah pacaran sama temen kerjanya, sakit hati gue Ta. Mending gue tau sendiri dia kayak gitu, nah ini..gue tau dari temen-temennya Ta. Padahal tahun itu kita udah rencana mau lamaran terus nikah, gue udah bilang mau ngalah mau ikut dia aja ke Surabaya kalau kita nikah nanti. Itu semua hancur sama cewek penggoda itu. Sejak itu gue trauma, gue masih nggak mau buka hati, ada satu yang menarik hari gue tapi gue menahan biar gue nggak jatuh cinta terlalu dalam sama dia. Gue tutupin sama apa? Gue tutupin sama sikap cuek gue! Lo tau kenapa gue kembali ke kota gue? Karena gue mau hidup tenang di kota gue, cari pasangan disini, kerja disini, punya keluarga nanti disini. Udah cukup..sebelum gue jatuh cinta terlalu dalam" Dinar menahan dadanya yang sesak

Arta mendekat dan memeluknya.

"Gue...gue juga cinta sama lo Ta" Dinar menyabukkan tangannya di badan Arta, semakin lama semakin erat. Terdengar Arta juga menangis. Mereka berpelukan di pelataran Hotel Adelo, tak peduli lalu lalang orang melihat mereka.

"Kenapa gue tadi bilang nggak bisa? Karena gue takut Ta" lanjut Dinar sambil tetap memangis

Cukup lama, lalu mereka melepaskan pelukannya. 

"Lalu..apa saat ini lo belum siap? Kalau belum siap nggak apa-apa, gue tungguin sampai lo siap. Tapi gue harus balik ke Tangerang besok pagi"

"Gue.."

"Nggak harus jawab sekarang, santai.."Arta menepuk pundak Dinar

"Maafin gue ya Ta"

"Haha ngapain minta maaf, lo nggak salah apa-apa"

"Yaudah lo masuk deh, istirahat, gue besok ijin nggak masuk, besok gue jemput lo ke terminal"

"Oke deh siap, lo istirahat juga ya Nar. Dan nggak usah nangis lagi"

Dinar hanya mengangguk, Arta berlalu sambil melambaikan tangan.

Yaampun, drama hidupku. Kata Dinar dalam Hati.

Besoknya pukul 8 pagi.

Dinar menjemput Arta yang sudah siap di Lobi hotel.

"Langsung?" Tanya Dinar

"Langsung aja, kok lo bawa tas segala?"

"Ya nggak apa-apa"

10 menit kemudian sampai di terminal. Bis sudah standby. Dinar menaruh motor di parkiran lalu menuju tempat Arta berdiri beberapa langkah dari pintu masuk bis.

"Ayo Ta" ajak Dinar, Arta mengernyitkan dahi. "Ayo masuk, gue duduk deket jendela aja ya biar bisa lihat jalan" Arta masih bengong.

"Lo..mau kemana?" Arta bingung

"Gue nggak mau ada pertanyaan ke 1002, gue emang kangen SCBD dan kangen juga ngobrol di roof top sama lo"

"SERIUS??? NAR..."

Dinar melangkah terlebih dahulu, tapi tangan Arta menahan.

"Apa?"

"Lo kan belum jawab kemarin, lo bisa terima gue apa nggak? Kan kemarin belum jelas"

"Gue terima lo Ta, dengan segala kekurangan dan kelebihan lo, gue..terima..lo, oke"

Arta melonjak kegirangan, dia memeluk Dinar. 

"Terus..lo mau pindah lagi  Ke Tangerang?"

"Sayangnya..itu belum bisa..kita harus menguji kesabaran dulu dengan LDR, nothing problem kan?"

"Nggak apa apa banget Nar, beneran, lo terima gue aja gue seneng banget. Gue janji sama lo, gue nggak akan ninggalin lo"

"Yaudah dilanjut ngobrol dalam bis aja yak"

Lalu mereka tertawa sebentar, dan menaiki bis. Ini akan menjadi awal perjalanan terindah Dinar dan Arta.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar