Jumat, 29 Juli 2022

Cinta Ayah

 "Pokoknya aku nggak mau!" bentak Lovi sambil melempar buku yang dia ambil random di lemari, satu buku dua buku dia lempar ketika akan melempar buku ketiga tangan Lian menghentikannya. Tangannya memberontak dan lepas, lalu Lovi mengambil vas bunga dan ia lempar ke tembok di belakang Lian.

Pyarrrrrr

"Lovi!! Kamu jangan egois, dek. Ayah kan bicara ke kita baik-baik, kenapa kamu nolaknya bentak gitu sih?" Lian memarahi Lovi yang wajahnya semakin merah padam 

"Tapi kan Ayah udah kedua kali ini bilang masalah itu ke kita, harusnya kalau yang pertama bilang udah nggak disetujuin ya udah nggak usah dilanjutin" kata Lovi dengan suara bergetar "Mama nggak akan ada yang bisa gantiin, dan NGGAK BOLEH ada yang gantiin!"

"Masalah kamu bilang? ini bukan masalah! Ayah menawarkan solusi ke kita, tau nggak? dengan Tante Ratih jadi Mama tiri kita, kita jadi punya mama lagi dan ada yang nemenin kita dan ayah nantinya. Tante Ratih kan orangnya baik, kamu tau sendiril Lovi!"Lian geram dengan sikap adiknya yang baru saja masuk SMA itu, maksud Lian kalau tidak setuju setidaknya menolak dengan kalimat yang nadanya tidak meninggi seperti itu

Ayah hanya diam menunduk tak berani melihat kedua anaknya bertengkar di depannya. Di sampingnya, Lave, anak pertama Pak Lodi dan istrinya yang meninggal satu tahun lalu yaitu Bu Linda, menenangkan dengan mengelus pundak dan sesekali bilang "Ayah yang sabar, hati Lovi masih belum terbuka". Lave anak pertama dari 3 bersaudara yang usianya sekarang menginjak 29 tahun dan belum menikah. Kalaupun kejadian kecelakaan satu tahun lalu tidak merenggut nyawa Lasa, pasti Lave sekarang sudah menjadi Nyonya Lasa. 

Lasa, tunangannya Lave waktu itu meninggal karena kecelakan saat Lasa akan ikut mengubur Bu Linda, mama dari Lave. Hancur sekali hati Lave saat itu.

"Lian, Lovi duduk sini. Kita obrolin baik-baik" panggil Lave

Lian duduk di hadapan Lave, sedangkan Lovi masih berdiri memalingkan wajah.

"Lovi.. sekali ini aja" pinta Lave

Dengan berat langkah, Lovi duduk tepat di hadapan Ayah. Suasana hening beberapa saat, lalu terdengar isakan tangis dari Ayah. Lave mengelus pundak ayah, dengan menahan air mata. Terlihat Lian menengadahkan wajah ke atas seakan menahan kesedihan yang akan membuncah juga. Lovi hanya diam menunduk.

"Saat ayah berniat mengutarakan niat ayah untuk menjadikan Ratih sebagai mama kalian, ayah sangat berharap tidak ada pertengkaran seperti tadi. Ayah sangat minta maaf karena ayah kalian jadi bertengkar sekali lagi ayah minta maaf" kata ayah bergetar

"Ayah jangan bilang gitu.." Lave mulai mengeluarkan air mata "Lave yang harusnya minta maaf karena belum bisa membahagiakan ayah, Lave belum menikah belum bisa bantu ayah dari hal apapun termasuk mendidik adik-adik"

"Mendidik kamu dan adik-adik adalah tugas ayah, kamu tidak perlu menyalahkan diri sendiri seperti itu. Kalian masih sekolah, kuliah, dan belum menikah sekalipun kalian adalah sepenuhnya tanggungjawab ayah"

"Termasuk kebahagiaan anak-anak ayah!" saut Lovi 

"Kubilang jangan main bentak!"  Lian geram sambil melotot, Lovi melengos

"Iya Lovi benar, harusnya ayah tidak egois. Harusnya ayah tau diri, tapi ayah juga tidak mau mengabaikan amanat mama Linda sebelum dia meninggal kan.. "

"Gimana maksud ayah?" tanya Lian 

"Waktu mama dirawat, satu minggu sebelum mama meninggal, mama bilang ke ayah kalau ayah harus punya pendamping sampai ayah meninggal nanti. Ayah bilang 'ya ayah sama mama kan?" terus mama bilang 'kalau mama meninggal ayah harus nikah lagi pokoknya!' waktu itu kakak ada disitu"

"Kok kakak nggak pernah bilang?" tanya Lian

"Ayah yang nggak ngebolehin" sahut ayah

Lave mengusap air matanya yang mengalir deras tapi sikapnya berusaha tenang.

"Kalau misal kalian masih berat untuk ayah nikah lagi, ya sudah tidak apa-apa.."

"Iya ayah, Lovi keberatan! ayah sama kakak jangan egois juga, pikirin Lovi!"

"Mama nyuruh ayah nikah lagi supaya kamu nggak kesepian dan punya mama lagi, Lovi! asal kamu tau itu!" Kata Lave "Mama berkali-kali bilang kalau Lovi harus punya mama sampai dia menikah, itu mama Linda yang bilang. Kita semua sayang sama Lovi, kita nggak berusaha egois"

"Tapi kak..." Lovi diam sejenak "Lovi cuma pengen mama Linda!" lalu dia menangis menutup wajahnya dengan kedua tangan. Tangisnya semakin kencang sampai nafasnya berat. Ayah menghampiri, mengusap kepala lalu memeluk anak gadisnya itu. 

"Yasudah kalau Lovi tidak ingin ada Tante Ratih di rumah ini, cukup ayah saja yang menjadi ayah dan mama buat Lovi, gimana?" tanya Ayah menenagkan, tangisan Lovi semakin kencang

Mereka berempat saling diam untuk beberapa saat, Lian hanya menunduk. Lave mengelus punggung Ayahnya yang masih memeluk Lovi. Lovi tangisnya sudah agak mereda namun masih terisak. Di luar, gerimis mulai turun, angin perlahan masuk di cela jendela dan pintu yang sedikit terbuka. Sesaat udara menjadi dingin membuat bergidik. Sore ini, keputusan ayah sudah bulat. Tidak akan ada mama Linda yang lain untuk anak-anaknya. Ayah sadar, walaupun Lave dan Lian terlihat legowo dengan keputusannya, namun ayah yakin terbesit rasa keberatan jika keputusannya tetap berlanjut.

Biarlah ayah menjadi ayah dan mama untuk Lave, Lian, dan Lovi. "Maafkan aku Linda, aku yakin mereka bisa walupun tanpa mama. Aku tidak mau ada anakkua yang membenciku kalau aku menikah lagi. Akupun begitu, aku tidak mau menyakiti hatiku sendiri karena memang hanya kamu, Linda, yang aku cintai dan aku sayangi sampai kapanpun walaupun ragamu sudah tak ada di sampingku. Aku janji tidak akan menyia-nyiakan anak-anak kita, sebesar dan sedewasa apapun mereka nanti" kata ayah dalam hati. "Lian, Lave sini.. kita sama-sama peluk Lovi.." lambai ayah kepada kedua anaknya. Mereka saling merangkul. Suasana seketika hangat.

"Ayah tidak apa-apa?" kata Lave di sela-sela mereka saling merangkul

"Lave, nanti kalau badan ayah pegel-pegel Lave bisa pijitin ya? kalau Lave udah nikah ya Lovi gantian pijitin, terus Lian.. kalau nanti ayah udah nggak bisa nyetir mobil, anterin ayah ya kalau ayah pengen ke makam mama" kata ayah menenangkan suasana. Lave hanya tersenyum tipis, Lian hanya mengangguk dan Lovi mempererat pelukannya. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar